Sejarah Wahidiyah Di Senduro
Awal sholawat wahidiyah masuk Senduro

By Maulana Akbar,S.H 08 Jan 2025, 10:33:33 WIB Sejarah Indonesia
Sejarah Wahidiyah Di Senduro

Gambar : Sejarah Wahidiyah Di Senduro


Desa Senduro, sebuah nama yang tak terpisahkan dari sejarah penyebaran Sholawat Wahidiyah. sebagaimana sumber ini kami himpun dari pelaku sejarah waktu itu yang saat ini beliau-beliau masih diberi umur barokah yang sangat panjang, sehat wal afiat. Pada tahun 1971 Masehi, sebuah peristiwa bersejarah mengukir jejak tinta emas di tanah Lumajang. Sang mualif Sholawat Wahidiyah, K.H. Abdul Madjid Ma'roef QS. RA, beserta putra tercinta, K.H. Abdul Latif Madjid QS. RA, beserta rombongan dari Malang, tiba di desa yang tenang ini.

Sebelumnya, K.H. Abdul Madjid Ma'roef QS. RA yang selanjutnya lebih akrab disapa Mbah Kyai bersilaturahmi ke teman beliau yaitu Kyai Khasani, seorang ulama desa sumberurip, Pronojiwo yang merupakan murid dari K.H. Mohammad Ma'roef QS. RA, ayahanda Mbah Yahi, sekaligus pendiri pondok pesantren kedunglo almunadhdhoroh. Di rumah Kyai Khasani, pertemuan penuh hikmah pun terjalin. Mereka berdiskusi panjang lebar tentang perkembangan Sholawat Wahidiyah di daerah tersebut.

Kedatangan rombongan besar ini ke Senduro bukan tanpa alasan. Perjalanan dari Sumberurip menuju Senduro menjadi saksi bisu atas semangat dakwah Mbah Kyai. Beliau tak kenal lelah dalam menyebarkan ilmu agama dan menebar kasih sayang kepada sesama.

Dengan mengendarai sedan hitam, lambang keanggunan di masa itu, Mbah Yahi menyusuri jalan desa. Tujuan beliau jelas: memperkuat tali silaturahmi sesama pengamal Sholawat Wahidiyah dan menyiarkan keindahan asma Allah melalui syair-syair sholawat yang penuh makna.

Kunjungan Mbah Kyai ke Senduro menjadi tonggak penting dalam sejarah penyebaran Sholawat Wahidiyah. Beliau telah menanamkan benih-benih kebaikan yang terus tumbuh dan berkembang hingga kini. Desa Senduro pun semakin dikenal sebagai salah satu pusat pengembangan Sholawat Wahidiyah di Jawa Timur.

Sesampainya di Desa Senduro, Mbah Kyai disambut hangat oleh Bapak Mansuf, saudara ipar Bapak Rusdi, yang mana istrinya adalah Ibu Tamam. Di rumah sederhana namun penuh kehangatan itu, beliau beristirahat sejenak sebelum memulai misi agungnya.

Mbah Kyai tak hanya sekadar singgah. Beliau melihat peluang besar untuk menyebarkan benih-benih Sholawat Wahidiyah di tanah Lumajang. Dengan semangat yang membara, beliau mengajak masyarakat Senduro untuk bersama-sama mengamalkan sholawat yang mujarab ini.

Undangan terbuka pun disebarluaskan. Pengajian umum digelar di rumah Bapak Kusnan, tak jauh dari Masjid Baitussalam. Masyarakat berbondong-bondong datang, ingin mendengar langsung wejangan dari sang guru besar. Dengan suara yang merdu dan penuh wibawa, Mbah Kyai menjelaskan tentang faedah dan manfaat Sholawat Wahidiyah. Beliau mengajarkan tata cara membaca sholawat yang benar, serta mengungkap rahasia-rahasia batin yang terkandung di dalamnya.

Hati para hadirin luluh oleh keindahan ilmu yang disampaikan. Satu per satu mereka mulai memahami kedalaman makna Sholawat Wahidiyah. Tak sedikit yang merasa hatinya tersentuh dan memutuskan untuk mengamalkan sholawat ini dalam kehidupan sehari-hari. Di antara mereka adalah Bapak Mansuf, Bapak Misli, Bapak Rusdi, Bapak Imam Supardi, Bapak Sugiyo, Bapak Hasan, Bapak Misrat, Bapak Laili Iksan, dan Haji Anwari.

Setelah pengajian usai, Mbah Kyai didampingi Bapak Imam Supardi menuju mobil. Di hati mereka, tertanam tekad untuk terus mengamalkan Sholawat Wahidiyah dan menyebarkannya kepada orang lain.

Tahun 1973 menjadi tonggak bersejarah bagi perkembangan Sholawat Wahidiyah di Lumajang. Dari pengajian yang sederhana di rumah Bapak Kusnan, semangat dakwah semakin membara hingga terbentuklah sebuah kepanitiaan resmi bernama Panitia Penyiar Sholawat Wahidiyah Kabupaten Lumajang. Bapak Misli didapuk sebagai Ketua 1, diikuti oleh Bapak Imam Supardi sebagai Ketua 2, dan Bapak Ali Yakub sebagai Ketua 3.

Namun, perjalanan dakwah tidak selalu berjalan mulus. Berbagai rintangan dan tantangan muncul di tengah upaya menyebarkan Sholawat Wahidiyah. Di beberapa kecamatan, masyarakat justru bersikap kontra terhadap ajaran ini. Hal ini tentu saja menjadi cobaan berat bagi para penggiat Sholawat Wahidiyah.

Mendengar kabar tersebut, para tokoh dari Desa Senduro segera bertolak menuju kecamatan yang bersangkutan. Dengan semangat juang yang tinggi, mereka rela berjalan kaki menempuh jarak yang cukup jauh. Pasalnya, pada masa itu, kendaraan pribadi masih sangat jarang dimiliki oleh masyarakat, apalagi di daerah pedesaan

Dengan semangat yang tak pernah padam, rombongan dari Senduro akhirnya tiba di kecamatan tujuan. Mereka disambut dengan tatapan curiga oleh sebagian masyarakat. Namun, para tokoh Sholawat Wahidiyah tidak gentar. Dengan sabar dan penuh hikmah, mereka menjelaskan tentang ajaran Sholawat Wahidiyah, menjawab berbagai pertanyaan, dan meruntuhkan prasangka yang ada.

Perjalanan panjang dan melelahkan itu akhirnya membuahkan hasil. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai memahami dan menerima Sholawat Wahidiyah. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa kesabaran dan keikhlasan adalah kunci keberhasilan dalam berdakwah.

Wafatnya K.H. Abdul Madjid Ma’roef  QS. RA, pada 17 Maret 1989 merupakan kehilangan besar bagi umat Islam, khususnya para pengamal Sholawat Wahidiyah. Namun, semangat dakwah beliau tidaklah padam. Estafet perjuangan dilanjutkan oleh putra tercinta, K.H. Abdul Latif Madjid QS. RA, yang kemudian memimpin secara penuh Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Almunadhdhoroh.

Di bawah kepemimpinan K.H. Abdul Latif Madjid QS. RA, perkembangan Yayasan Wahidiyah semakin pesat. Tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitas. Berbagai program pendidikan dikembangkan, mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. Pondok Pesantren Kedunglo juga semakin berkembang, baik di pusat maupun di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Lumajang.

Di Lumajang, Yayasan Wahidiyah telah mendirikan beberapa lembaga pendidikan, seperti Pondok Pesantren Kedunglo 8, TK Plus Wahidiyah, SMP Wahidiyah Senduro, dan SMA Wahidiyah Senduro. Lembaga-lembaga pendidikan ini tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum, tetapi juga nilai-nilai agama dan moral yang luhur, sesuai dengan ajaran Sholawat Wahidiyah.

Salah satu prestasi yang membanggakan adalah berhasilnya para alumni Pondok Pesantren Kedunglo dalam berbagai bidang, baik di tingkat nasional maupun internasional. Mereka tidak hanya menjadi ulama, tetapi juga tokoh masyarakat, pengusaha, dan akademisi yang sukses. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai agama mampu menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berakhlak mulia.

Selama lebih dari tiga dekade, K.H. Abdul Latif Madjid QS. RA dengan penuh dedikasi memimpin perjuangan Wahidiyah. Beliau berhasil mengembangkan dan memperluas pengaruh Sholawat Wahidiyah, baik di dalam negeri maupun di mancanegara. Namun, tak ada yang abadi di dunia. Pada tanggal 8 Robiutsani 1442 H atau 23 November 2020, beliau wafat dan meninggalkan duka yang mendalam bagi seluruh umat.

Estafet kepemimpinan Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Almunadhdhoroh pun beralih kepada putra tercinta beliau, K.H. Abdul Majid Ali Fikri. Dengan bekal ilmu dan pengalaman yang didapat dari sang ayah, K.H. Abdul Majid Ali Fikri siap melanjutkan perjuangan dakwah dan mengembangkan warisan luhur Sholawat Wahidiyah.

Di bawah kepemimpinan K.H. Abdul Majid Ali Fikri, Yayasan Perjuangan Wahidiyah terus berinovasi. Beliau tidak hanya fokus pada pengembangan pendidikan formal, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program sosial dan ekonomi. Selain itu, beliau juga aktif menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga dan organisasi dalam rangka menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.

Dengan legalitas yang kuat, Yayasan Perjuangan Wahidiyah semakin memantapkan langkahnya. Akta nomor 9 tahun 2011 Kemenkumham RI Nomor: AHU-9371.AH.01.04 Tahun 2011 menjadi bukti nyata bahwa Wahidiyah diakui sebagai lembaga yang produktif, inovatif, dan berkesinambungan. Visi untuk membangun eksistensi Wahidiyah di mata pengamal, masyarakat, dan negara pun terus digapai.

Saat ini, hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Lumajang telah memiliki pengamal Sholawat Wahidiyah. Bahkan, 18 kecamatan telah membentuk perwakilan resmi. Di Kecamatan Senduro, tempat di mana semuanya bermula, hampir seluruh desa telah memiliki pengamal aktif maupun simpatisan.

Selain mengembangkan pendidikan, Yayasan Perjuangan Wahidiyah juga aktif dalam kegiatan sosial, seperti bakti sosial, penanggulangan bencana, dan pemberdayaan masyarakat. Kolaborasi dengan pemerintah daerah dan berbagai lembaga kemasyarakatan semakin memperkuat posisi Wahidiyah sebagai salah satu pilar penting dalam pembangunan masyarakat.

Di tengah perkembangan zaman yang begitu pesat, Yayasan Perjuangan Wahidiyah terus berupaya untuk menyesuaikan diri. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, Wahidiyah telah hadir di media sosial dan memiliki website resmi. Hal ini memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi tentang Sholawat Wahidiyah dan berinteraksi dengan sesama pengamal.

Mari kita manfaatkan kemudahan ini untuk semakin mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW. Dengan membaca Sholawat Wahidiyah, kita tidak hanya mendapatkan ketenangan hati, tetapi juga mempererat hubungan kita dengan Sang Nabi. Setiap lantunan Sholawat Wahidiyah adalah doa yang kita panjatkan, harapan yang kita sampaikan, dan cinta yang kita curahkan kepada beliau.

Tidak perlu ragu untuk memulai. Bahkan dengan membaca kalimat nida' "Ya Sayyidi Ya Rasulullah" saja, kita telah membuka pintu hati untuk menerima berkah dan syafaat beliau. Ajaklah keluarga, sahabat, dan orang-orang di sekitar kita untuk turut serta dalam mengamalkan Sholawat Wahidiyah. Bersama-sama, kita akan merasakan kekuatan dan keindahan dzikir ini dalam kehidupan kita.

Mari jadikan Sholawat Wahidiyah sebagai bagian dari keseharian kita. Dengan konsisten mengamalkannya, kita akan merasakan perubahan positif dalam diri dan lingkungan sekitar. Ingatlah, setiap langkah kecil yang kita lakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW akan membawa kita kepada kebahagiaan yang hakiki.

Yuk, kita mulai sekarang! Bergabunglah dengan pengamal Wahidiyah di media sosial, ikuti mujadahah seremonial virtual online, dan bagikan pengalaman indah Anda dalam mengamalkan Sholawat Wahidiyah. Bersama-sama kita akan menjadi umat yang senantiasa beribadah dan mencintai Rasulullah SAW.

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment